Lada Perdu SebagaiThe King of Spice
Lada perdu semenjak puluhan tahun silam sudah dikenal
dengan sebutan the king of spice atau
raja rempah-rempah. Hal itu disebabkan keberadaannya yang telah banyak menyita
perhatian dunia. Lada perdu tidak hanya
berpotensi untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah, namun pundi-pundi dolar pun
akan mengalir oleh daya pikat jenis tanaman yang satu ini.
Lada perdu merupakan salah satu High Value Product (HVP), yaitu produk yang memiliki nilai per
kilogram relatif tinggi dan dapat ditangani dengan menggunakan teknologi
sederhana. Lebih dati itu, semenjaka puluhan tahun silam lada secara umum telah
menjadi mata komoditas perdagangan dunia.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia juga
terlibat dalam pentas perdangan lada di pasar dunia? Jawabannya, semenjak
puluhan tahun silam negara Indonesia sudah terlibat dalam siklus perdagangan
lada di pentas pasar dunia. Produksi lada Indonesia mempunya segmen pasar di
dalam maupun di luar negeri. Dalam negeri menyerap 10% dari total produksi lada
nasional.
Untuk pasar dalam negeri sendiri penyerap terbesar lada
di pasar domestik adalah PT Indofood Sukses Makmur. Sementara pasar-pasar dunia
(luar negeri) memiliki daya serap yang jauh lebih tinggi. Sebab itu dalam
pembuka artikel disinggung bahwa lada perdu tidak hanya berpotensi untuk
mengalirkan pundi-pundi rupiah, namun juga potensial untuk menjala segepok
dolar.
Semenjak kisaran tahun 1994 sebagian besar produksi lada
Indonesia diarahkan untuk ekspor. Dari
1994 hingga 1998, ekspor lada Indonesia mengalami fluktuasi (naik-turun), yaitu
senilai :
1.
US $ 78.608.235
pada tahun 1994,
2.
US $ 155.428.252
pada tahun 1995,
3.
US $ 98.884.117
pada tahun 1996,
4.
US $ 63.144.851
pada tahun 1997,
5.
DanUS $ 114.388.541
pada tahun 1998.
Produksi lada hitam dan lada putihh Indonesia rata-rata
sudah mencapai 25.000 ton per tahun, dengan peluang pasar ekspor yang hingga
saat ini masih terus terbuka luas. Lada putih Indonesia juga memiliki peluang
pasar yang cukup kompetitif dan 80% dari seluruh produksinya dipasok ke pasar
dunia, dengan kisaran klasifikasi; 46% diserap oleh negara-negara di Eropa, 31%
diserap oleh negara-negara di Amerika, dan sisanya diserap oleh negara-negara
lain di seluruh belahan dunia.
Hal itu membuktikan bahwa budidaya lada tidak hanya akan
mendatangkan pundi-pundi rupiah, namun juga segepok dolar pun akan
mengalir. Kabar bahagianya lagi, hingga
saat ini peluang pasar budidaya lada masih terbuka lebar. Hal itu terlihat dari
adanya peningkatan konsumsi lada dari 55 g menjadi 75 g per kapita per tahun
dan daerah pemasaran semakin meluas.
Anda tertarik untuk budidaya lada? Dalam hal ini saya
sarankan untuk budidaya lada perdu, karena selain lebih efesien, ekonomis,
ekologis, hasil penen lada perdu juga jauh lebih besar apabila dibandingkan
dengan lada panjat (untuk lebih jelasnya, baca: Perbedaan Lada
Perdu Dengan Lada Panjat). anda sedang mencari bibit lada perdu? Tidak usah bingung, hubungi Phone/Wa: 08783893451
Tidak ada komentar:
Posting Komentar